Mr. Bean X: Kencan

Mr. Bean sudah banyak dikenal pemirsa televisi sebagai film komedi yang penuh dengan banyolan segar dan dapat diterima oleh segala jenis penonton manca negara. Bahkan karena telah cukup sukses dan terkenal, serial Mr. Bean pernah pula dIbuat dalam format layar lebar. Kali ini penulis mencoba mengetengahkan Mr. Bean dalam tulisan cerita yang akan banyak mengandung unsur sex.



*****



Telah lama Mr. Bean tidak melakukan sex dengan wanita. Keinginan itu sudah sangat kuat, tapi ia belum menemukan wanita yang cocok dengan hatinya. Bisa saja Mr. Bean melakukan sex dengan para pelacur jalanan tapi hal itu tak berkenan dihatinya.



Kali ini ia sedang mengincar seorang karyawati di sebelah museum tempat ia kerja. Wanita yang diincarnya itu benar-benar sesuai dengan seleranya. Menurut taksirannya, wanita itu berumur tak lebih dari 25 tahun. Wajah anggun disertai dandanannya yang sederhana dan lekuk-lekuk tubuhnya benar-benar membuat Mr. Bean rela melakukan apa saja demi angan-angannya untuk bercinta dengan wanita itu. Wanita itu bernama Anna dan baru sebulan bekerja di gedung sebelah museum.



Tiap pagi sebelum masuk kerja, Mr. Bean sengaja berlama-lama di luar museum untuk menatap wanita incarannya itu. Selama ia menatap wanita itu, waktu bagaikan hilang dengan cepat. Berbagai taktik dan cara Mr. Bean lakukan untuk menatapnya lebih dekat sebelum ia mantap untuk berkenalan dengannya.



Sekali waktu Mr. Bean mendapati Anna sedang santai istirahat dari aktivitas kerjanya dari sebuah jendela kaca yang besar tempat Mr. Bean bekerja. Tanpa sepengetahuan Anna, Mr. Bean mengawasinya dari jauh dengan teropong yang sudah ia siapkan.



Waktu itu Anna sedang duduk di depan komputernya sambil makan sandwichnya. Sambil terus memainkan tangan kanannya pada mouse komputernya, setelah selasai menghabiskan sandwich, Anna mengambil pisang dari kotak makan siangnya. Semuanya itu tak luput dari pengawasan Mr. Bean.



Tak jelas apa yang sedang dilihat oleh Anna di layar monitornya, tapi yang jelas ia tidak sedang bekerja (mungkinkah Anna sedang mengklik situs 17Tahun.com?). Tangan kirinya kali ini turun ke bawah meja dan terlihat oleh Mr. Bean sedang bergerak-gerak seperti mengelus bagian bawah tubuhnya sendiri. Anna tampak keasyikan sendiri. Hal itu membuat hasrat Mr. Bean melambung ke langit. Apalagi dilihatnya tangan kanan Anna sudah melepaskan genggaman pada mouse komputer dan ganti menggegam pisang yang sudah siap ia masukkan ke mulutnya.



Tengok kanan kirinya, karena sepi Mr. Bean merasa aman untuk menggunakan kesempatan itu untuk mengkhayal. Sambil terus meneropong Anna, tangan kiri Mr. Bean masuk ke dalam celananya dan menggosok-gosok batang kemaluannya yang sudah menegang. Beberapa menit kemudian ia mengeluarkan batang kemaluannya sambil terus mengocoknya. Lalu Mr. Bean mendehem,

" Hmm.. Ssshh.. Emmhh.." dan batang kemaluannya mengeluarkan muatannya pada kaca jendela, "Crot.. Crot.. Crot.."



Belum sempat Mr. Bean beristirahat, ia mendengar pintu ruangannya dibuka seorang temannya. Ia pun segera bergegas menjauhi jendela, merapikan celananya dan menyembunyikan teropongnya, tapi ia melupakan bercak di kaca jendela akibat cairan hasratnya yang ia *kan. Ketika teman Mr. Bean yang baru saja memasuki ruangan itu melewati jendela kaca itu, ia menanyakan bercak itu. Dengan gaya lugu Mr. Bean menggeleng-gelengkan kepala tanda tak tahu menahu soal asal bercak itu.



Setelah temannya keluar dari ruangan itu, Mr. Bean mengambil lagi teropongnya untuk melihat kembali Anna. Kali ini dilihatnya seorang karyawati teman Anna berdiri di dekat Anna sambil ikut asyik melihat monitor komputernya Anna. Mr. Bean hanya menggeleng-gelengkan kepala lalu segera meninggalkan jendela kaca itu untuk kembali bekerja sebelum khayalannya yang tidak-tidak kembali muncul.



Padahal apa yang dilihat Anna di layar monitornya adalah sebuah situs tentang cara memijat kaki. Dan sewaktu Mr. Bean meneropong tadi, Anna sebenarnya sedang mempraktekkan memijat kakinya sendiri karena merasa sangat capek.



Bagai gayung bersambut, beberapa hari setelah itu Mr. Bean akhirnya mantap dan berhasil berkenalan dengan Anna. Bahkan mereka berdua juga telah membuat janji untuk makan malam bersama pada akhir pekan. Rupanya daya tarik Mr. Bean masih mampu memikat wanita yang lumayan itu.



Sepulang kerja pada hari itu juga, Mr. Bean segera menuju sebuah toko buku untuk membeli buku tentang teknik bercinta ala kamasutra. Harapannya tak lain adalah agar dapat meningkatkan teknik bercintanya dan membuat kagum Anna.



Selama beberapa hari Mr.Bean mempelajari semua hal tentang bercinta dari buku yang baru saja dibelinya di sela-sela waktunya. Merasa mampu menyerap dan mempraktekkan hampir semua isi buku itu, ia mengalihkan perhatiannya pada persiapan lainnya.



Mr. Bean berusaha agar kencan dengan Anna nanti berjalan dengan lancar. Maka ia mendaftar semua persiapan yang telah ia lakukan maupun yang belum. Dalam daftarnya, satu persiapan penting hampir terlewatkan, yaitu "kondom". Sadar bahwa hal ini bukan masalah sepele, ia pun membuka semua laci lemarinya dengan agak panik mencari sisa simpanan kondom yang ia miliki. Tapi yang didapatinya hanyalah bungkus-bungkus kondom yang telah kosong. Ia baru ingat bahwa sebulan yang lalu ia telah menghabiskan semua persediaan kondomnya karena ia pakai untuk mainan dengan cara ia tiup sehingga jadi balon-balon lucu.



Melihat jam di pergelangan tangannya, Mr. Bean segera menghambur keluar apartemennya menuju toko besar beberapa blok dari tempat tinggalnya. Ia pun segera ke bagian tempat menjual kondom. Setelah mendapati bagian itu, bukannya senang tapi ia tambah bingung karena dijumpainya banyak pilihan. Mulai pilihan harga, ukuran, rasa, warna, dan masih banyak lagi. Wajah Mr. Bean makin menampakkan kebodohannya setiap kali mengamati dan membandingkan kotak-kotak kondom tersebut. Yang ia butuhkan hanyalah satu kotak, tapi ia ingin yang benar-benar pas baginya.



Tiba-tiba wajah Mr. Bean berubah berseri-seri, karena dalam otaknya muncul sebuah ide cemerlang sewaktu tak sengaja melihat kamar ganti untuk mencoba pakaian. Mr. Bean segera saja mengambil beberapa kotak kondom dan menuju kamar ganti tersebut untuk ia coba.



Didalam kamar ganti, Mr. Bean segera membuka celananya dan mengeluarkan serta menggosok-gosok batang kemaluannya. Setelah batang kemaluannya tegak berdiri, ia pun segera mengeluarkan sebuah kondom dari masing-masing kotak yang ia ambil. Lalu ia mencobanya secara bergantian. Bak mencoba pakaian, setiap kali mencoba sebuah kondom, Mr. Bean bergaya di depan cermin dalam kamar ganti itu seakan siap bercinta dengan menggebu-gebu.



Untuk memilih rasa kondom yang akan ia pilih, Mr. Bean tanpa ragu menjilati setiap kondom yang telah ia coba. Akhirnya ia menjatuhkan pilihan pada kondom rasa pisang karena menurut perkiraannya Anna sangat menyukai pisang. Menemukan sebuah kondom yang benar-benar pas serta cocok rasanya, sekarang Mr. Bean sungguh puas dan memastikan pilihan kondom yang akan dibelinya dengan wajah menyeringai khas Mr. Bean.



Namun hal itu tak lama, karena ia kini bingung setelah sadar bahwa di lantai kamar ganti yang ia pakai berceceran kondom-kondom yang telah ia coba. Ia memungut sebuah kondom yang telah ia coba dan mencoba memasukkannya kembali ke tempatnya tapi tidak berhasil. Karena merasa bertanggung jawab, wajah Mr. Bean menunjukkan kekesalan. Tapi bukan Mr. Bean namanya kalau tidak menemukan solusi meski sekonyol apapun.



Kali ini pun demikian juga. Melihat sebuah pakaian yang baru saja dicoba oleh orang lain sebelumnya masih tergantung pada gantungan pakaian, ide cemerlangnya kembali muncul. Ia punguti semua kondom yang telah ia coba lalu ia gantung pada setiap gantungan pakaian dalam kamar ganti itu hingga tak bersisa.



Mr. Bean keluar dari kamar ganti itu dengan suka cita menuju kasir. Baru beberapa langkah ia mendengar teriakan seorang Ibu-Ibu yang akan masuk ke kamar ganti bekas ia pakai dan kaget melihat banyak kondom bergelantungan didalamnya. Mendengar teriakan itu, Mr. Bean bergegas ke kasir dengan mimik wajah tanpa salah dan membayar sekotak kondom pilihannya. Dan Mr. Bean pun segera pulang dan istirahat karena merasa capek setelah memilih kondom selama 2 jam dan telah mencoba satu persatu semua kondom yang ditawarkan toko tadi.



Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu Mr. Bean tiba. Cuaca petang itu sungguh hangat membuat suasana makan malam antara Mr. Bean dengan Anna makin romantis. Mereka berdua mengobrol sambil menikmati santapan lezat. Bagi Mr. Bean, harga makanan di restoran tersebut benar-benar membuatnya merasa dirampok. Maka ia pun berlama-lama dalam restoran itu bersama Anna menikmati malam yang indah hingga menjelang tutupnya restoran itu. Dengan begitu Mr. Bean merasa "fair" dengan harga makanan yang ia bayarkan, walau hal tersebut sempat membuat para pelayan restoran itu bersungut-sungut karena ulah Mr. Bean.



Sepulang dari restoran, Mr. Bean menggandengan Anna dengan mesra. Entah karena alkohol dalam anggur merah yang ia minum atau memang daya pesona Mr. Bean, Anna pun menanggapinya dengan serta merta. Berdua saling rangkul dan akhirnya langkah mereka menuju tempat mobil Mr. Bean diparkir terhenti. Keduanya saling berpelukan dan berciuman bibir dibawah remang-remang lampu di sisi trotoar.



Mr. Bean bisa merasakan buah dada sintal milik Anna bergesek dengan dadanya. Walau berdua masih mengenakan mantel, tapi rasa gesekan itu menembus hingga permukaan kulit dada Mr. Bean. Sebaliknya Anna merasakan sebuah benjolan dari celana Mr. Bean menggesek rok-nya hingga terasa pada selakangannya. Mabuk asmara bercampur dengan mabuk nafsu dan tak ketinggalan pengaruh sebotol anggur merah yang mereka habiskan berdua membuat keduanya makin tak sabar lagi. Bergegas masuk ke dalam mobil, Mr. Bean segera tancap gas menuju aparteman Anna.



Di dalam aparteman Anna, Mr. Bean kembali mencium bibir Anna menghidupkan kembali bara nafsu dan hasrat mereka berdua yang hampir padam karena perjalanan dingin ke apartemen Anna. Lalu Mr. Bean menghentikan ciuman tersebut dengan sopan dan menelanjangi dirinya sendiri dengan pelan. Anna-pun segera mengikutinya. Dalam keadaan bugil, terlihat batang kemaluan Mr. Bean sudah bagai tonggak berdiri bagai tombak yang siap menghunjam sasaran. Tanpa selembar benang, tubuh Anna tampak aduhai. Buah dada sintal diramu dengan pinggul serta pantat yang menawan. Perut datar nan elok menuju otot bagian bawah perut yang agak menonjol ditumbuhi rambut halus. Lubang kenikmatannya kemerah-merahan menyeruak diantara rambut-rambut halus tersebut.



Anna menghampirinya dan menggegamkan batang Mr. Bean seakan menggandeng batangnya menuju tempat tidurnya.

" Mmmhh..", desah Mr. Bean merasakan batangnya ditarik sambil mengikuti Anna. Mr. Bean seperti orang buta yang digandeng tongkat penunjuknnya, tapi yang digandeng oleh Anna bukan sembarang tongkat melainkan batang kemaluan Mr. Bean yang sudah mengeras.



Di sisi tempat tidur, Anna melepas gandengannya pada batang Mr. Bean dan duduk di sisi tempat tidur. Belum sempat Mr. Bean bergerak, Anna sudah mengulum batangnya dengan bibirnya. Dalam keadaan berdiri Mr. Bean berkali-kali mendesah keenakan,



" Ssshh, ahh.. Sshh".



Walau Anna sempat memainkan lidahnya juga, Mr. Bean sekuat tenaga menahan hasratnya dengan berusaha tidak terlalu larut dalam kenikmatan tersebut. Rupanya Mr. Bean mempraktekkan apa yang telah dipelajarinya.



Anna menyudahi kulumannya dan berbaring di tengah tempat tidur. Mr. Bean segera naik ke ranjang dan menempatkan kepalanya di selakangan Anna. Senyuman Anna bak undangan bagi Mr. Bean. Ia ganti mengulum liang kenikmatan Anna dengan lembut dan penuh perasaan. Kuluman bibir Mr. Bean membasahi liang kenikmatannya disambut dengan desahan pelan dari mulut Anna.



Dan ketika Mr. Bean menjulur-julurkan lidahnya pada saat mengulum, Anna merasakan sebuah perasahaan hebat disekujur tubuhnya hingga ia menjerit keenakan tanpa disadarinya,



" Ahh.. Ahh.. Oh.. Bean.. Ohh..".



Seluruh tubuh Anna bergerak-gerak belingsatan hingga kedua tangan Mr. Bean memegang kedua pinggul Anna menahannya. Dan lidahnya makin menjulur bergerak-gerak memasuki liang kenikmatan Anna makin dalam. Merasa tambah nikmat Anna berusaha lebih banyak bergerak dan semakin menggesekkan bibir dan lidah Mr. Bean pada kemaluannya. Mr. Bean pun menambah sedotan-sedotan pada kulumannya.



Tak ayal lagi, dalam beberapa saat kemudian Anna tak mampu menahan hasratnya lagi. Kedua tangannya menarik kepala Mr. Bean hingga Anna mengejang hebat disertai jeritan dan desahan kenikmatan,



"Aaahh..".



Bersamaan dengan itu mengalirlah cairan kenikmatannya dari dalam liang kenikmatan bercampur dengan air liur Mr. Bean mengisi pundi-pundi kepuasannya. Lalu Anna-pun terpejam dan terbaring lemas sambil menarik nafas dalam-dalam. Mr. Bean dapat melihat buah dada dan perut Anna bergerak ke atas ke bawah mengikuti alur nafasnya yang cepat sambil menyeringai puas.



Menunggu sebentar Anna yang sedang mengisi tenaganya kembali, Mr. Bean berbaring santai di sebelahnya sambil tetap menjaga batang kemaluannya agar tetap berdiri kokoh sebelum permainan utama usai. Beberapa menit kemudian dirasakan ciuman bibir Anna mendarat di pipinya. Kemudian Anna berbisik pelan di telinganya,



"Bean, aku mau cari tahu apakah batangmu senikmat lidahmu".



Belum sempat Mr. Bean menjawab, Anna sudah melakukan ciuman antar bibir yang dalam sambil bergerak naik ke perut Mr. Bean. Selakangannya yang masih basah menggeser-geser perut Mr. Bean maju mundur dan sesekali pantatnya menyentuh batang tonggak Mr. Bean.



Berhadapan dengan Mr. Bean dengan posisi diatas, Anna melepas ciumannya dari bibir Mr. Bean dan tangannya menggegam batang Mr. Bean dan mengarahkannya ke dalam liang kenikmatannya.



"Sebentar aku pakai kondom dulu", bisik Mr. Bean.



"Tak perlu sayang, aku ingin yang aslinya", cegah Anna sewaktu Mr. Bean akan bergerak.



"Tapi..", kata Mr. Bean yang terpotong oleh,"Ssshh.. Ahh..", desahan mereka berdua ketika bibir kemaluan Anna mulai menyentuh, membuka dan menaungi batang kemaluan Mr. Bean. Pelan tapi pasti seluruh batang kemaluan Mr. Bean masuk ke dalam liang kenikmatan Anna.



Awalnya Anna hanya menggerak-gerakkan pinggulnya pelan, tapi lama kelamaan makin cepat hingga ia berkeringat. Tak mau ketinggalan Mr. Bean juga ikut menggerak-gerakkan tubuhnya meskipun terbatas. Tak lama kemudian Anna mendekap Mr. Bean hingga buah dadanya saling menggesek dengan dada Mr. Bean. Anna mendesah sambi berbisik,



"Ssshh.. Bean aku tak kuat.. Ahh.."



Bersamaan dengan itu tubuh Anna kaku menegang dan tak bergerak lagi. Bermaksud mengikuti orgasme Anna, Mr. Bean makin cepat membuat gerakan naik turun. Tapi cairan dalam liang kenikmatan Anna sudah terburu keluar. Tubuh Anna-pun lemas lunglai diatas dekapan tubuh Mr. Bean. Meski begitu batang kemaluan Mr. Bean masih menancap keras dalam liang kenikmatan Anna.



Mr. Bean menggulingkan tubuh Anna ke samping sambil berusaha batang kemaluan tak lepas dari jepitan kemaluan Anna. Sekarang, Mr. Bean berhasil menempati posisi atas dan mengulum bibir Anna. Tapi Anna masih lemas dan tak membalas. Mr. Bean terus menciumi lehernya dan mulai mengulum telinganya. Kali ini Anna mulai terangsang kembali dan kedua tangannya menekan-nekan pantat Mr. Bean.



Seakan memperoleh tanda, Mr. Bean segera menggerakkan pinggulnya, naik-turun, kiri-kanan, putar kiri-kanan dan gerakan-gerakan lainnya. Sehingga gesekan hebat antara batang kemaluannya dengan dinding-dinding liang kenikmatan Anna membuahkan hasrat yang mendalam dan mengalir hingga ke ubun-ubun mereka berdua. Desahan demi desahan saling bersambut diantara keduanya.



Beberapa menit kemudian keduanya saling mengejang dan mengeluarkan hasratnya. Ledakan hebat dari batang kemaluan Mr. Bean menembus keluar menghujamkan cairan hangat ke dinding-dinding liang kenikmatan Anna yang paling dalam hingga Anna pun akhirnya ikut orgasme lagi.



Setelah itu mereka berdua terbaring lemas diatas ranjang dan tertidur hingga pagi hari. Ketika Mr. Bean mulai membuka kelopak mata, dilihatnya Anna memegangi dan memperhatikan batang kemaluannya yang sudah berdiri tegak sambil tersenyum padanya.



"Hi, kagum ya?", tanya Mr. Bean pada Anna dengan nada bangga dan sedikit sombong.



"Iya, ini mirip punyaku dulu, kurang lebih ukurannya juga sama seperti ini", kata Anna sambil memegang batang kemaluan Mr. Bean yang tiba-tiba jadi lemas.



Mr. Bean hanya dapat diam tak bersuara dengan mulut terbuka dan mata terbelalak serta mimik wajah bagai orang bodoh sambil menatap tubuh Anna yang masih bugil.



E N D