Asmirandah : The Lost of Innocence

“Yak…cut, bagus, cukup sekian syuting hari ini, kita lanjutin lusa, kru semuanya beresin lokasi” kata sang sutradara.

Seorang gadis berwajah imut menyeka keringat yang membasahi dahinya, garis kelelahan menghiasi dahinya, tak heran karena ia memang telah syuting hampir selama 8 jam tanpa istirahat. Namanya Asmirandah, artis blasteran Belanda- Indonesia ini telah cukup lama malang melintang di dunia hiburan Indonesia. Padahal usianya masih terbilang sangat muda, dara ini kelahiran November 1989, jadi sekarang usianya baru menginjak 18 tahun, namun wajahnya yang cantik telah banyak menghiasi layar kaca baik dalam iklan maupun sinetron yang dibintanginya dan telah memikat banyak orang. Andah, begitu ia biasa disapa, telah bersiap-siap untuk pulang, ketika seorang kru lewat dan menyapanya.

“udah mau pulang Dah?” sapa sang kru

“Udah bang Tagor, udah cape banget nih, untung besok syuting libur” jawabnya ramah, wajahnya yang imut bahkan cantik tampak tersenyum. Meskipun memiliki reputasi sebagai artis yang dingin dan ambisius, ia sebenarnya sangat ramah pada semua orang.



“Oh ya udah, sampai ketemu yah” kata bang Tagor, yang mukanya lebih mirip preman, daripada kru sinetron, “jangan lupa kita ada acara di villa Pak Mardi weekend ini!” tambahnya setengah berbisik sambil dengan cepat meraba pantat artis muda itu.

“Beres!” jawabnya singkat sambil tersenyum nakal dan mengedipkan sebelah mata.

Adegan itu berlangsung cepat sekali ketika keduanya melintas dari arah berlawanan sehingga tidak seorangpun curiga. Andah pun segera menuju ke mobilnya dimana supir dan mamanya telah menunggunya. Setelah menyapa sang ibu dan cium pipi kiri kanan, ia segera naik ke dalam kendaraan yang lalu meluncur meninggalkan lokasi syuting tersebut. Di dalam mobil ia membaca koran, ia tersenyum-senyum kecil sambil geleng-geleng kepala membaca sebuah berita mengenai kasus penyelidikan Al Amin Nasution, anggota DPR yang terlibat korupsi itu.

“Ckk…ckk…untung gua cuma pernah terlibat semalam sama bandot ini kalau nggak bisa terbawa-bawa sampai sekarang deh. Mbak Kristina…Mbak Kristina, kasian deh lu!” katanya dalam hati sambil mengingat-ngingat setengah tahun lalu ketika si anggota dewan yang tengah terjerat kasus itu pernah membookingnya dengan bayaran delapan digit untuk menikmati kehangatan tubuhnya.



################################

Satu setengah tahun sebelumnya



Malam itu, Asmirandah baru saja hendak beristirahat sepulang sekolah ketika ada ketukan dipintu rumahnya. Ia pun bergegas membukakan pintu. Ternyata bang Tagor yang ada didepan pintu.

“Eh bang Tagor, ada apa bang?”

“Gini Dah, pak Mardi minta non segera ke tempat syuting, katanya shoot kemarin ada beberapa adegan yang harus diulang” kata bang Tagor

“Tapi sekarang kan Andah libur bang, Andah mau istirahat” jawabnya sedikit kesal.

“Tapi mau gimana lagi, sinetron ini kan kejar tayang, jadi harus dibereskan secepatnya, lagian adegannya gak banyak kok” kata bang Tagor

“Ya udah, kalo gitu Andah mau panggil mama dulu buat nganter ke tempat syuting”

“Gak usah non, biar bang Tagor yang nganter, nanti aja mama non Andah suruh jemput kalo syutingnya sudah selesai”

“Ya udah, tunggu yah, mau siap-siap dulu” kata Andah sambil bergegas

Setelah bersiap-siap dan berpamitan pada mamanya, Asmirandah pun berangkat ke tempat syuting diantar bang Tagor, yang memang sudah dipercaya baik olehnya maupun mamanya.

Tetapi ketika sampai ke tempat syuting, Asmirandah merasa aneh karena kru yang terlihat amat sedikit, hanya 4 orang ditambah pak Mardi sang sutradara. Apalagi tak ada satupun cast sineton itu yang terlihat di lokasi.



“kok cuman sedikit orangnya pak?” tanyanya

“Yah kan syutingnya cuman sebentar jadi gak perlu banyak orang, udah deh kamu siap-siap, tapi make up sendiri aja yah, soalnya Mince telat nih” jawab pak Mardi.

Asmirandah pun lalu memasuki rumah besar yang dijadikan tempat syuting itu. Didalam kamar yang dijadikan ruang ganti pakaian, dia pun lalu berganti pakaian dengan baju yang telah disiapkan, ternyata baju yang disiapkan adalah baju seragam sekolah yang amat minim, iapun lalu memakai seragam itu dan berjalan keluar. Belum sampai keluar rumah, diruang tamu telah menunggu Bang Tagor.

“Ayo Dah syutingnya di kamar tidur utama”, kata bang Tagor

Dea pun mengikuti ke arah kamar tidur utama yang sangat luas, didalamnya tampak kamera, lighting, dan peralatan tata suara telah diset.

“Tapi ini adegan yang mana? Terus mana pemain yang lain” tanya Asmirandah

“Pokoknya kamu duduk dulu diatas ranjang, terus memandang ke kamera” jawab pak Mardi, sementara keempat orang kru, pak Mardi dan bang Tagor semua menatap sebagian paha Asmirandah yang terpampang mulus dengan tatapan yang membuatnya risih. Ia pun mendapat firasat yang kurang enak, namun dia akhirnya menuruti perkataan sang sutradara. Namun baru saja pantatnya menyentuh ujung tempat tidur, tampak dua orang kru yaitu Heri dan Pardi menghampiri Andah, tampak banyak bicara, mereka mengerubuti dan memegangi kedua tangannya.



“Ada apa ini, lepasin!” teriak Andah sekuat tenaga

Namun bukannya menjawab, mereka malah mengikat kedua tangan dan kaki Asmirandah Dengan tali keujung ranjang besi tersebut, sehingga kedua tangan dan kakinya terpentang lebar membentuk huruf X. Ikatan itu sungguh ketat, sehingga jangankan melepasan diri, untuk bergerak saja sudah sulit.

“Pak Mardi ada apa ini?” tanya Andah yang mulai ketakutan.

“Tenang aja Dah, kami-kami ini sudah lama punya niat untuk membuat film spesial buat kamu, daripada kamu main sinetron remaja terus, mendingan kamu bikin film bokep aja, nama kamu pasti bakal makin terkenal” jawab pak Mardi sambil terkekeh.

Pucatlah muka Andah mendengar jawaban ini, ia tahu petaka apa yang bakal menimpanya.

“Tolong pak jangan, saya belum pernah gituan” ibanya

Tetapi bukannya menjawab, para kru justru malah menjalankan kamera dan lampu dan mulai menshoot adegan didepannya. Asmirandah melihat Heri dan Pardi yang telah telanjang bulat mulai menaiki kasur ukuran besar tersebut. Dia merasa ngeri, baru kali ini ia melihat tubuh pria dewasa yang telanjang. Heri dan Pardi pun memulai operasinya. Tangan Heri mulai membuka kancing seragamnya satu persatu, dan begitu tebuka, iapun menggunting kaos dalam dan BH yang dikenakan Andah dan melepasnya dengan paksa, hingga yang menutupi tubuh bagian atasnya hanyalah seragam yang telah tersingkap lebar. Sementara Pardi menyingkap rok seragam Asmirandah hingga ke perut, dan membelai-belai vagina Andah dari luar celana dalam warna biru yang ia pakai. Kemudian jari-jari tanganya bagaikan ular menyelusup dari samping celana dalamnya dan mengelus-elus bibir vagina Andah.